Mencari Pemimpin Yang Adil


Orang-orang yang berlaku adil itu kelak di sisi Allah berada di atas mimbar cahaya. Mereka itu orang-orang yang berlaku adil dalam memberikan hukum kepada keluarganya dan kepada rakyatnya.'' (Bukhari Muslim)

Khalifah Umar bin Abdul Aziz merupakan salah satu sosok pemimpin kaum
Muslimin yang sangat peduli pada rakyat. Ia juga dikenal sebagai pekerja
keras. Khalifah Umar bahkan seringkali bekerja sampai malam untuk
menyelesaikan tugas-tugas kenegaraan yang tidak sempat diselesaikannya di
siang hari. Suatu ketika putranya memasuki kamar kerjanya seraya
berkata, ''Saya ingin membicarakan masalah pribadi dan keluarga yang sangat
penting dengan ayah.''

Ketika mendengar ucapan putranya, Umar bin Abdul Azis mematikan lampu
minyak yang menerangi kamar kerjanya, hingga gelap gulita. Ia lalu
berkata, ''Anakku, engkau pasti heran mengapa aku matikan lampu ini.
Ketahuilah, engkau datang untuk membicarakan urusan pribadi, sedangkan
lampu minyak itu milik rakyat. Betapa kita harus mempertanggungjawabkannya
di hadapan Allah kelak bahwa ada pemimpin rakyat membicarakan masalah
keluarganya dengan memakai fasilitas rakyat.''

Inilah wujud pelaksanaan ajaran Islam dalam masalah kepemimpinan. Pemimpin
bertanggung jawab melayani rakyat dan sekaligus melaksanakan amanat Allah.
Untuk tipikal pemimpin seperti itu, Rasulullah bersabda, ''Orang-orang yang
berlaku adil itu kelak di sisi Allah berada di atas mimbar cahaya. Mereka
itu orang-orang yang berlaku adil dalam memberikan hukum kepada keluarganya
dan kepada rakyatnya.'' (Bukhari Muslim). Saat mengomentari sikap adil ini,
sejarahwan Kristen Mesir, Jurji Zeidan, mengungkapkan, ''Zaman khalifah-
khalifah yang alim merupakan masa keemasan Islam. Para #khalifah itu
terkenal karena kesederhanaan, kealiman, dan keadilannya.''

Menjadi pemimpin itu bukan mencari kekayaan, tetapi untuk mengabdi. Menjadi
pemimpin berarti melaksanakan ibadah yang paling berat, mengemban amanat
rakyat dan Allah. Ia selalu mengikatkan seluruh perbuatannya pada syariat
Islam karena ia takut kepada Allah. Ada dimensi vertikal di sini. Bukankah
Allah selalu mengawasinya? Rasulullah bersabda, ''Tiada seorang hamba yang
diberi amanat Allah untuk memimpin rakyat kemudian menipu mereka, melainkan
Allah mengharamkan surga baginya.'' (HR Bukhari Muslim)

Apabila keadaan masyarakat sudah sangat materialistis, kemuliaan seseorang
hanya diukur berdasarkan harta yang dimilikinya, maka godaan paling besar
bagi para pemimpin, birokrat, dan penguasa, itu tidak lain adalah harta.
Para pemimpin atau wakil rakyat yang imannya lemah, niscaya akan mudah
terperangkap dalam penjara hawa nafsu, yaitu mumpungisme, korupsi, dan
kolusi. Penguasa dan pengusaha bersekongkol untuk mencari pembenaran atas
perbuatannya. Bagi mereka itu bisa jadi kebenaran adalah kebohongan yang disepakati.
Nauzubillahi min zalik! 


Menjadi pemimpin itu bukan mencari kekayaan, tetapi untuk mengabdi. Menjadi
pemimpin berarti melaksanakan ibadah yang paling berat, mengemban amanat
rakyat dan Allah
4.5
Follow us: @budikamila on Twitter | budi kamila on Facebook
Previous
Next Post »